Sabtu, 15 November 2014

Ical Buat Golkar Gagal, Butuh Pemimpin yang Fresh dan Berdedikasi Tinggi


Jakarta - Aburizal Bakrie disebut-sebut akan kembali mencalonkan diri sebagai Ketua Umum Partai Golkar dalam Musyawarah Nasional (Munas). Meski mendapat dukungan, Ical pun banyak mendapat penolakan dari sejumlah kalangan. Jika tetap ngotot memaksakan diri untuk menjadi incumbent, Ical disebut akan membuat Golkar tidak naik-naik atau stuck pada posisinya saat ini.

"Kalau Ical mau bertahan (sebagai Ketum) sebenarnya akan buat Golkar tidak akan naik-naik (stuck). Artinya Pemilu 2019 nanti tidak ada tokoh yang baru dan yang dibutuhkan Golkar saat ini adalah tokoh yang fresh," ujar Pengamat Politik Refly Harun saat berbincang dengan detikcom, Sabtu (15/14/2014).

Refly menyatakan terkait pemilihan Ketum baru Golkar seharusnya disikapi secara obyektif di mana ukuran obyektif itu adalah keberhasilan apa yang telah Golkar capai. Menurut Pakar Tata Hukum Negara ini, Golkar saat ini telah mengalami kegagalan.

"Ukuran obyektif keberhasiannnya apa? Golkar menurut saya gagal. Perolehan kursinya di DPR hampir sama dengan 2009. Kedua Golkar gagal mencalonkan Presiden karena Ketuanya (Ical) ngotot mencalonkan dirinya sendiri," kata Refly.

Gagalnya Ical mencalonkan diri sebagai Capres dinilai Refly karena persepsi orang yang buruk terhadap dirinya. Saat memaksakan diri untuk tetap maju sebagai Capres di saat kepopulerannya yang tidak tinggi itu, seharusnya Ical mampu memberikan gebrakan di tubuh Golkar. Namun itu pun tidak terjadi dan disebut Refly sebagai salah satu penyebab gagalnya Golkar di Pilpres lalu. Padahal menurut Refly Golkar masih punya kesempatan jika Ical mau legowo saat Pilpres lalu dengan mendukung tokoh-tokoh yang lebih populer.

"Padahal kita tahu Ical kepopulerannya tidak tinggi, kalau itu nggak tinggi harusnya ada unsur kejutan, unsur meteor, tapi ini juga tidak. Popularitasnya mentok, karena itu golkar gagal. Kalau Ical tetap ngotot maju lagi jadi Ketum, Golkar akan tetap di situ. Itu lah susahnya politik kita, partai belum demokratis. Partai masih dimiliki oleh Ketumnya atau Dewan Pembinanya dan masih kental dengan politik uang," Refly menjelaskan.

Dengan keadaan yang terjepit karena pilihan Ical yang disebut blunder saat memilih masuk dalam Koalisi Merah Putih pada Pilpres lalu, Golkar dinilai Refly harus memunculkan tokoh-tokoh yang baru. Tokoh-tokoh itu bisa dari kalangan muda Golkar, atau tokoh yang berdedikasi tinggi.

"Persepsi Ketum Golkar (Ical) negatif dari masyarakat, apalagi dalam pilpres kemarin blunder juga, pilihannya salah. Dari situ Golkar gagal makanya butuh pemimpin yang fresh, bisa dari kader muda. Lalu dari sisi integritas persepsi masyarakat bagus terhadap tokoh (baru) ini. Golkar kan punya jaringan, dia butuh tokoh yang berdidikasi tinggi," tutup Refly.

Selain Ical yang disebut akan mencalonkan diri lagi sebagai Ketum, ada 7 orang kader Golkar yang telah mendeklarasikan diri sebagai Caketum. Mereka adalah Agung Laksono, MS Hidayat, Airlangga Hartanto, Priyo Budi Santoso, Agus Gumiwang Kartasasmita, Hajriyanto Thohari, dan Zainuddin Amali.

detikcom

0 komentar:

Posting Komentar