BPK: Secara keseluruhan Pertamina untung
Merdeka.com - Pertamina menaikkan harga elpiji 12 Kg dengan harga perkilo Rp 1.000. Kenaikan tersebut dilakukan setelah audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yang menemukan kerugian dalam bisnis elpiji 12 Kg.
Namun, pada kenyataannya Pertamina tidaklah merugi. Bahkan, secara keseluruhan Pertamina meraup keuntungan.
"Secara keseluruhan Pertamina itu untung," ujar Ketua BPK Hadi Purnomo di Kemenhan, Jakarta, Selasa (7/1).
Hadi menilai Pertamina memiliki banyak unit usaha termasuk gas. Namun, gas tersebut dijual dengan harga di bawah standar.
"Makanya merugi di sektor itu," katanya.
Sebelumnya, pemerintah dan Pertamina tidak membatalkan kenaikan harga gas elpiji, namun merevisi besaran kenaikan dari semula Rp 3.959 per Kg menjadi hanya Rp 1.000 per Kg. Harga gas elpiji 12 Kg tetap naik.
"Dengan demikian, harga per tabung Elpiji non subsidi 12 Kg di tingkat agen menjadi berkisar antara Rp 89.000 hingga Rp 120.100," jelas Dirut Pertamina Karen Agustiawan, kemarin.
Kementerian Keuangan kesal harga jual elpiji 12 Kilogram (Kg) tidak sesuai harga keekonomian. Pasalnya, Pertamina harus menanggung rugi akibat bisnis ini yang pada akhirnya mengurangi sumbangan pemasukan ke negara. Menteri Keuangan Chatib Basri menyebut, dari total 100 persen konsumen elpiji, ada sebanyak 83 persen menggunakan tabung gas kemasan 3 Kg dan hanya 17 persen yang menggunakan elpiji 12 Kg.
Setelah drama naik turunnya besaran kenaikan harga gas elpiji, persoalan tidak selesai begitu saja. Selama harga jual gas elpiji 12 Kg tidak sesuai dengan harga keekonomian, Pertamina akan terus mengalami kerugian. Jika tidak ingin terus merugi, harga gas elpiji non-subsidi harus disesuaikan dengan harga keekonomian.
Apakah ke depannya Pemerintah dan Pertamina bakal kembali menaikkan harga gas elpiji 12 Kg? "Kalau (kenaikan harga) susulan hanya langit yang tahu," kata Menteri BUMN Dahlan Iskan di Gedung BPK.
Berbeda dengan Dahlan, Pertamina justru yakin harga Elpiji kemasan 12 Kilogram (Kg) di waktu mendatang akan tetap naik. Sebab barang ini bukan merupakan komoditas yang mendapat subsidi. "Elpiji 12 Kg ini bukan barang yang disubsidi, sehingga harus mengikuti harga pasar," ujar Karen.
Karen mengatakan, harga jual Elpiji Indonesia saat ini masih berpatokan pada harga CP Aramco. Sehingga, menurut dia, jika terjadi gejolak harga di tingkat dunia, bukan tidak mungkin Pertamina akan mengubah harga.
Namun demikian, Karen mengatakan, Pertamina tidak akan mengubah harga secara sepihak. Menurut dia, pihaknya akan tetap patuh pada kebijakan yang diputuskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). "Kenaikan tetap harus melalui RUPS," terang Karen.
Karen yakin RUPS tidak akan menjerumuskan Pertamina menjadi perusahaan yang gagal. "Tentunya RUPS akan melihat kondisi perusahaan yang sudah berkeinginan menjadi besar," pungkas dia.
Namun, pada kenyataannya Pertamina tidaklah merugi. Bahkan, secara keseluruhan Pertamina meraup keuntungan.
"Secara keseluruhan Pertamina itu untung," ujar Ketua BPK Hadi Purnomo di Kemenhan, Jakarta, Selasa (7/1).
Hadi menilai Pertamina memiliki banyak unit usaha termasuk gas. Namun, gas tersebut dijual dengan harga di bawah standar.
"Makanya merugi di sektor itu," katanya.
Sebelumnya, pemerintah dan Pertamina tidak membatalkan kenaikan harga gas elpiji, namun merevisi besaran kenaikan dari semula Rp 3.959 per Kg menjadi hanya Rp 1.000 per Kg. Harga gas elpiji 12 Kg tetap naik.
"Dengan demikian, harga per tabung Elpiji non subsidi 12 Kg di tingkat agen menjadi berkisar antara Rp 89.000 hingga Rp 120.100," jelas Dirut Pertamina Karen Agustiawan, kemarin.
Kementerian Keuangan kesal harga jual elpiji 12 Kilogram (Kg) tidak sesuai harga keekonomian. Pasalnya, Pertamina harus menanggung rugi akibat bisnis ini yang pada akhirnya mengurangi sumbangan pemasukan ke negara. Menteri Keuangan Chatib Basri menyebut, dari total 100 persen konsumen elpiji, ada sebanyak 83 persen menggunakan tabung gas kemasan 3 Kg dan hanya 17 persen yang menggunakan elpiji 12 Kg.
Setelah drama naik turunnya besaran kenaikan harga gas elpiji, persoalan tidak selesai begitu saja. Selama harga jual gas elpiji 12 Kg tidak sesuai dengan harga keekonomian, Pertamina akan terus mengalami kerugian. Jika tidak ingin terus merugi, harga gas elpiji non-subsidi harus disesuaikan dengan harga keekonomian.
Apakah ke depannya Pemerintah dan Pertamina bakal kembali menaikkan harga gas elpiji 12 Kg? "Kalau (kenaikan harga) susulan hanya langit yang tahu," kata Menteri BUMN Dahlan Iskan di Gedung BPK.
Berbeda dengan Dahlan, Pertamina justru yakin harga Elpiji kemasan 12 Kilogram (Kg) di waktu mendatang akan tetap naik. Sebab barang ini bukan merupakan komoditas yang mendapat subsidi. "Elpiji 12 Kg ini bukan barang yang disubsidi, sehingga harus mengikuti harga pasar," ujar Karen.
Karen mengatakan, harga jual Elpiji Indonesia saat ini masih berpatokan pada harga CP Aramco. Sehingga, menurut dia, jika terjadi gejolak harga di tingkat dunia, bukan tidak mungkin Pertamina akan mengubah harga.
Namun demikian, Karen mengatakan, Pertamina tidak akan mengubah harga secara sepihak. Menurut dia, pihaknya akan tetap patuh pada kebijakan yang diputuskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). "Kenaikan tetap harus melalui RUPS," terang Karen.
Karen yakin RUPS tidak akan menjerumuskan Pertamina menjadi perusahaan yang gagal. "Tentunya RUPS akan melihat kondisi perusahaan yang sudah berkeinginan menjadi besar," pungkas dia.
merdeka.com
0 komentar:
Posting Komentar