Rabu, 01 Januari 2014

(Early Warning) Runtuhnya Indonesia; Target “Asing” Pemilu 2014 dan 2019, Perang 2020-2030 (Bag 1)

(Early Warning) Runtuhnya Indonesia; Target “Asing” Pemilu 2014 dan 2019, Perang 2020-2030


Latar Belakang
Penulis mencoba membahas isu yang sedikit melebar keluar batas Indonesia; bila akhir-akhir ini isu Nasional; PEMILU 2014, Korupsi, Skandal, yang sering dibicarakan oleh banyak kalangan, ada baiknya kita membuka cakrawala ke isu Regional dan Internasional; sebagai penyegaran dan sekaligus pemahaman baru terkait isu-isu besar yang seharusnya lebih menjadi perhatian kita.
Dinamika dunia Internasional paling santer dibahas saat ini adalah mengenai pergeseran hegemoni Amerika Serikat; khususnya di kawasan Asia-Pasifik sedikit demi sedikit mulai tergerus oleh pesatnya pertumbuhan di China. Amerika Serikat tentunya tidak menginginkan terjadi ketimpangan pengaruh; karena dengan hilangnya hegemoni di kawasan Asia-Pasifik akan membawa dampak kerugian sangat besar pada semua aspek kehidupan Amerika Serikat. Disisi lain, China, direncanakan atau tidak, mereka telah menjelma menjadi sebuah kekuatan besar baru membawa dampak positif dan negatif; sehingga pertumbuhan di China merupakan koin yang memiliki 2 (dua) sisi; ancaman dan peluang.
Indonesia, secara geografis memiliki kelebihan luar biasa di kawasan Asia-Pasifik; terutama karena daerah perlintasan perdagangan Internasional yaitu jalur Laut China Selatan sebagai perairan tersibuk dan lalu Selat Malaka merupakan wilayah teritori Indonesia, tentu hal ini menjadi sebuah berkah bagi Indonesia namun dalam saat yang sama menjadi semacam kutukan dikarenakan letak strategis inilah, Indonesia menjadi magnet pihak “asing” untuk menancapkan “pengaruh dan kontrol”.
1383473105400305722
Gambar: Dok. Pribadi
Sejarah “Asing” di Indonesia
Kembali melihat rentang perjalanan sejarah Indonesia dikaitkan dengan pihak “asing”; dapat kita runut bahkan mulai dari jaman pra-kolonial, pada jaman tersebut Indonesia atau lumrah juga disebut Nusantara merupakan kawasan yang terdiri dari kumpulan kerajaan-kerajaan tersebar di beberapa kawasan pulau-pulau utama. Pada jaman tersebut Indonesia telah menjadi daya tarik pihak “asing”, terutama bangsa-bangsa berasal dari China dan Arab, yang sebagian besar pada jaman tersebut mereka tertarik untuk menjalin hubungan ekonomi, sosial, budaya, dan agama; dalam pandangan penulis mungkin hanya pada jaman ini sepanjang sejarah kita sampai dengan sekarang, pihak “asing” menjalin hubungan baik dan saling menguntungkan kedua belah pihak.
1383473086148364350Gambar: Dok. Pribadi
Memasuki jaman kolonial; pihak “asing” sudah memiliki agenda lain selain menjalin hubungan damai, pihak “asing” mulai menguasai tidak saja dengan cara baik maupun dengan cara buruk sehingga terjadilah penjajahan terhadap bangsa ini oleh Portugis, Spanyol, Belanda dan Jepang yang menjadi masa-masa kelam dalam sejarah bangsa Indonesia.
Pada tahun 1945 akhirnya bangsa Indonesia dapat sedikit mengangkat kepala dengan memproklamirkan Kemerdekaan, hanya saja kemerdekaan tersebut bagi pihak “asing” menjadi semacam “surprise” yang tidak diperhitungkan sebelumnya, jangan pernah kita melupakan bahwa sebelum kemerdekaan Indonesia tepatnya pada tahun 1942 di Wina ada sebuah kesepakatan dibuat oleh Sekutu; “Negara-Negara sekutu sepakat untuk merebut wilayah-wilayah yang dikuasai oleh Jepang untuk dikembalikan kepada pemilik koloninya masing-masing bila Jepang berhasil diusir dari wilayah pendudukannya”, selanjutnya dikenal dengan nama Perjanjian Wina 1942, dan secara psikologis masih menjadi dasar pihak “asing” (sekutu) merasa memiliki kepentingan terhadap Indonesia.
Maka dari sinilah rangkaian intervensi “asing” menjadi semacam sesuatu yang akan selalu melekat dalam perjalanan bangsa Indonesia, walaupun kita telah merdeka beberapa kejadian besar selalu melibatkan pihak “asing” didalamnya seperti:
  • Awalnya Indonesia terlibat aktif dalam pertemuan Non-Blok (KTT Asia-Afrika, Bandung, 1955) namun magnet kelompok blok sangatlah besar dan pada era 1960-an terjalin kedekatan Indonesia dengan kubu sosialis/kiri (Soviet) membuat timbulnya pergesekan di dalam dan luar negeri, berlanjut pecahnya konflik pada tahun 1965 dengan kejadian G30SPKI, lalu berkembang menjadi gejolak politik, Presiden Soekarno harus kehilangan jabatannya; tidak lepas juga dari campur tangan kubu kapitalis/kanan (Amerika Serikat).

  • Pada tahun 1998, yang masih melekat dalam ingatan sebagian besar bangsa Indonesia, sebuah pergerakan yang membuat Presiden Soeharto mengundurkan diri dari jabatannya, menurut beberapa kalangan dan juga penulis yakini selain dikarenakan rentannya kondisi perekonomian Indonesia saat itu kejadian ini juga disinyalir digerakan oleh tangan-tangan “asing” dengan alasan terkesan dramatis salah satunya karena Presiden Soeharto saat itu terindikasi mulai mendekatkan diri kembali ke kubu sosialis/kiri (Rusia) dengan membatalkan pembelian pesawat tempur dari Amerika Serikat lalu memilih memesan pesawat tempur dari Rusia (1996-1997).

  • Referendum dan lepasnya Timor-Timur dari Indonesia pada masa kepemimpinan Presiden Habibie, langsung ataupun tidak langsung pihak “asing” berperan aktif terhadap kejadian tersebut.

  • Kedekatan Gus Dur dengan Israel, seakan menjadi pemantik diatas siraman bensin; selain karena alasan kesehatan, keinginan menjalin hubungan dengan Israel membuat gerah banyak kelompok, sehingga Gus Dur akhirnya juga harus mengalami pemakzulan secara politik.

  • Pada masa kepemimpinan Presiden Megawati, terjalin kerjasama dengan pihak-pihak “asing” melalui penjualan beberapa BUMN terkait kesulitan keuangan Negara, yang harus digaris-bawahi justru adalah keran kerjasama Indonesia mulai dibuka lebar untuk kubu sosialis/kiri (China), salah satu kerjasama yang benar-benar mengejutkan pada saat itu sampai dengan sekarang adalah kontrak penjualan gas LNG Tangguh; harus diakui bahwa indikasi kedekatan dengan China tersebut telah membuat gerah Amerika Serikat, dan sangat mungkin kekalahan Megawati pada PEMILU 2004 dipicu karena besarnya kekhawatiran kubu kapitalis/kanan (Amerika Serikat) apabila Megawati kembali menjadi Presiden Indonesia akan memperbesar pengaruh kiri (China) di Indonesia sedangkan pengaruh yang selama ini ditanam oleh pihak kanan (Amerika Serikat) akan memudar.

  • Pada masa kepemimpinan Presiden SBY, dapat dikatakan merupakan masa-masa bulan madu antara Indonesia dan kubu kapitalis/kanan, contoh kedekatan dapat terlihat ketika Indonesia bersedia negosiasi dengan GAM, kontrak-kontrak SDA yang lebih cenderung ke kubu kapitalis/kanan, The Fox yang didukung kekuatan “asing” mengawal perjalanan politik SBY, lobby-lobby luar negeri secara bilateral Indonesia lebih intensif dengan kubu kapitalis/kanan; dan indikasi pengaruh dan kedekatan lainnya yang mungkin pembaca lebih mengetahuinya.
Tahun depan 2014, Indonesia akan melakukan perhelatan besar yaitu PILEG dan PILPRES, dari ilustrasi diatas penulis pikir, pembaca sudah cukup cerdas melihat apa yang sebenarnya terjadi nanti pada pesta demokrasi yang akan kita laksanakan tersebut. Apabila anda berpikir tahun depan adalah sebuah kegiatan bagi kepentingan sekelompok partai politik di Indonesia saja, anda bisa jadi salah besar karena tidak melihat kepentingan “asing” bermain.


Berlanjut bag 2

0 komentar:

Posting Komentar