Jakarta - Siaran ulang malam final Pemilihan Puteri Indonesa (PPI) 2016 sempat heboh di social media hingga menuai kontroversi lantaran penyensoran kebaya. Pihak Indosiar, selaku stasiun TV yang menayangkan acara itu, angkat bicara soal penyensoran tersebut.
Dicky Sadikin, Executive Producer Malam Puncak PPI 2016, membenarkan adanya penyensoran sejumlah busana kontestan. Ia mengatakan penyensoran itu dilakukan atas inisiatif pihak Indosiar sendiri, bukan pihak Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) seperti yang dituduhkan para netizen.
"Tidak ada pula intervensi dari KPI. Tapi tindakan kami ini mengacu pada rambu-rambu KPI soal tayangan yang mengandung unsur pornografi," ujar Dicky kepada Wolipop, Kamis (25/2/2016).
Kebijakan untuk menyensor, tambah Dicky, diputuskan saat rapat internal. Pada rapat itu, disebutkan bahwa ada sejumlah busana karya Anne Avantie dan putrinya Intan Avantie yang terlalu terbuka sehingga harus disensor. Hal ini dilakukan sebagai antisipasi untuk menghindari teguran dari pihak KPI.
Penyensoran berupa pemburaman pada bagian dada dan belahan rok kebaya itu terlihat saat siaran ulang acara tersebut, Minggu (21/2/2016). Kebaya yang terkena sensor di antaranya adalah kebaya rancangan Intan yang membaluti tubuh lima besar finalis.
Indosiar sendiri menayangkan secara langsung malam final Pemilihan Puteri Indonesa (PPI) 2016 dua hari sebelumnya tanpa penyensoran.
Namun, Dicky mengaku bahwa pemburaman tersebut memang terlalu berlebihan. "Blurnya ketebalan. Seharusnya tidak setebal itu. Ini karena kami terkendala waktu deadline. Tidak gampang untuk melakukan pengeditan yang rapi dalam waktu yang relatif singkat," aku Dicky.
Ia menambahkan, dalam sejarah penayangan PPI di Indosiar, baru kali ini terjadi penyensoran.
Menurutnya, kejadian ini akan menjadi bahan evaluasi pihaknya dan penyelenggara PPI. "Agar semua pihak sama-sama enak, kami akan mengimbau para desainer yang digandeng PPI untuk membuat busana yang pantas dipakai dalam siaran TV," katanya.
Sejauh ini, Dicky mengaku belum menerima tanggapan bernada protes dari desainer terkait penyensoran itu. (dng/hst)
DETIKCOM
0 komentar:
Posting Komentar