Sejarah Manusia Purba Masuk Mal
Situs Manusia Purba Sangiran masuk sebagai warisan dunia.
VIVAnews - Untuk mengenalkan keberadaan Situs Manusia Purba Sangiran yang terletak di wilayah Kabupaten Sragen dan Karanganyar, Jawa Tengah, pihak Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran gencar melakukan sosialisasi.
Surabaya merupakan kota ke-4 yang dikunjungi. Pameran fosil manusia purba itu digelar di Grand City Mal Surabaya, berlangsung mulai hari Kamis 6 Desember sampai Minggu 9 Desember 2012.
"Ini untuk mengenalkan keberadaan Situs dan Museum Manusia Purba Sangiran yang ada," kata seorang petugas dari Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran di Surabaya, Kamis 6 Desember 2012.
Replika berbagai bentuk, asal-usul sejarah perkembangan dan peradaban manusia, Situs Manusia Purba Sangiran masuk sebagai warisan dunia dan diakui oleh UNESCO. "Untuk itu keberadaannya harus diketahui masyarakat luas," kata Hardi.
Situs Sangiran pertama kali dikenal sebagai situs purbakala sejak tahun 1930-an. Saat itu, peneliti bernama Van Es melakukan pemetaan di daerah Sangiran. Dari penemuannya, Sangiran kemudian dideklarasikan sebagai situs manusia purba oleh Von Konigswald pada tahun 1934.
Dalam catatannya, kawasan itu memiliki luas areal 56 Km persegi, berada di Kabupaten Sragen dan Karanganyar.
Pada tahun 1977 situs Sangiran masuk dalam catatan cagar budaya, ditetapkan oleh UNESCO sebagai warisan budaya dunia dengan nomor C-593, tahun 1996.
Masuknya Sangiran sebagai situs purba dunia, karena tempat ditemukannya fosil purba itu merupakan kunci dan situs penting dalam evolusi manusia, fauna dan lingkungannya yang selama 2,4 juta tahun tanpa terputus.
Mengingat keberadaannya yang penting sebagai peradaban perkembangan sejarah manusia, ke depan di situs Sangiran segera digarap master plan dan detail enginering desaig (DED) oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan.
"Di lokasi situs, dikembangkan empat klaster. Yakni, Klaster Krikilan, atau Museum Manusia Purba Sangiran; Klaster Dayu; Klaster Ngebung; dan Klaster Bukuran," urai petugas tersebut.
Keempat klaster itu merupakan open site museum dan setiap klaster mempunyai tema berbeda, yang menceritakan sejarah saat itu.
Pameran situs manusia purba yang digelar di Surabaya itu menarik minat masyarakat. Mereka secara bergelombang menyaksikan situs sejarah manusia di Jawa itu. Decak kagum pun meluncur dari mulut semua pengjung. Apalagi saat menatap patung jejak perjalanan panjang yang diakui sebagai "nenek moyang" manusia itu. (umi)
Surabaya merupakan kota ke-4 yang dikunjungi. Pameran fosil manusia purba itu digelar di Grand City Mal Surabaya, berlangsung mulai hari Kamis 6 Desember sampai Minggu 9 Desember 2012.
"Ini untuk mengenalkan keberadaan Situs dan Museum Manusia Purba Sangiran yang ada," kata seorang petugas dari Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran di Surabaya, Kamis 6 Desember 2012.
Replika berbagai bentuk, asal-usul sejarah perkembangan dan peradaban manusia, Situs Manusia Purba Sangiran masuk sebagai warisan dunia dan diakui oleh UNESCO. "Untuk itu keberadaannya harus diketahui masyarakat luas," kata Hardi.
Situs Sangiran pertama kali dikenal sebagai situs purbakala sejak tahun 1930-an. Saat itu, peneliti bernama Van Es melakukan pemetaan di daerah Sangiran. Dari penemuannya, Sangiran kemudian dideklarasikan sebagai situs manusia purba oleh Von Konigswald pada tahun 1934.
Dalam catatannya, kawasan itu memiliki luas areal 56 Km persegi, berada di Kabupaten Sragen dan Karanganyar.
Pada tahun 1977 situs Sangiran masuk dalam catatan cagar budaya, ditetapkan oleh UNESCO sebagai warisan budaya dunia dengan nomor C-593, tahun 1996.
Masuknya Sangiran sebagai situs purba dunia, karena tempat ditemukannya fosil purba itu merupakan kunci dan situs penting dalam evolusi manusia, fauna dan lingkungannya yang selama 2,4 juta tahun tanpa terputus.
Mengingat keberadaannya yang penting sebagai peradaban perkembangan sejarah manusia, ke depan di situs Sangiran segera digarap master plan dan detail enginering desaig (DED) oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan.
"Di lokasi situs, dikembangkan empat klaster. Yakni, Klaster Krikilan, atau Museum Manusia Purba Sangiran; Klaster Dayu; Klaster Ngebung; dan Klaster Bukuran," urai petugas tersebut.
Keempat klaster itu merupakan open site museum dan setiap klaster mempunyai tema berbeda, yang menceritakan sejarah saat itu.
Pameran situs manusia purba yang digelar di Surabaya itu menarik minat masyarakat. Mereka secara bergelombang menyaksikan situs sejarah manusia di Jawa itu. Decak kagum pun meluncur dari mulut semua pengjung. Apalagi saat menatap patung jejak perjalanan panjang yang diakui sebagai "nenek moyang" manusia itu. (umi)
© VIVA.co.id
0 komentar:
Posting Komentar