Sabtu, 22 Desember 2012

Presiden Wanita Pertama Korsel, 'Putri Es' yang Tak Pernah Menikah

Presiden Wanita Pertama Korsel, 'Putri Es' yang Tak Pernah Menikah

Seoul, - Park Geun-hye mengukir sejarah dengan menjadi presiden wanita pertama di Korea Selatan (Korsel). Wanita berumur 60 tahun itu selama ini kerap dikritik karena merupakan putri mendiang diktator Park Chung-hee.

Bahkan Park mendapatkan sejumlah julukan yang menghina dirinya. Salah satunya, wanita yang terus melajang itu dijuluki sebagai "putri buku catatan" karena dia biasanya hanya berbicara di depan publik dengan menggunakan naskah atau catatan yang telah dipersiapkan.

Wanita pendiam itu juga dijuluki sebagai "putri es" karena karakternya yang dingin, tanpa emosi. Surat kabar resmi Korea Utara (Korut), Rodong Sinmun bahkan ikut-ikutan menyebut Park sebagai "putri es" dalam sebuah artikel pada 30 Mei 2012 lalu.

Masa lalu keluarga Park memang terus menghantui karir politik wanita kelahiran 1952 tersebut. Terlebih karena mendiang ayahnya, Park Chung-hee merebut kursi presiden setelah melakukan kudeta militer pada tahun 1961. Dan selama 18 tahun, ayah Park memerintah dengan tangan besi.

Pada September lalu, Park mengeluarkan permintaan maaf publik atas pelanggaran-pelanggaran HAM yang dilakukan semasa pemerintahan ayahnya. Namun Park juga menekankan bahwa kudeta militer yang dilakukan ayahnya adalah perlu untuk menyelamatkan negara saat itu.

Orangtua Park meninggal secara tragis. Ayahnya dibunuh oleh kepala intelijennya sendiri pada tahun 1979. Lima tahun sebelumnya, ibunya, Yuk Young-soo, juga dibunuh oleh seorang agen pro-Korut, yang sebenarnya menargetkan untuk menembak sang presiden namun mengenai ibu negara.

Seperti diberitakan media Korsel, Yonhap, Kamis (20/12/2012), sejak kematian ibunya, Park bertindak sebagai ibu negara dengan menerima kedatangan para istri kepala negara yang berkunjung ke negeri itu. Namun ketika ayahnya tewas ditembak, Park pun menghilang dari publik selama 18 tahun. Selama itu dia mengalami pengkhianatan dari banyak orang-orang terdekat mendiang ayahnya.

Park kemudian kembali ke kancah politik pada tahun 1997 ketika dirinya bergabung dengan partai Grand National Party (GNP), cikal-bakal partai Saenuri, dan mendukung kampanye kandidat presiden kala itu, Lee Hoi-chang. Pada April 1998, Park pun memenangi kursi legislatif di kota asalnya, Daegu dan dengan cepat karirnya melesat.

Park dikenal sebagai politikus yang mementingkan prinsip dan kepercayaan. Dia pun membuktikan hal tersebut lewat tindakan-tindakannya. Setelah 15 tahun menjadi anggota parlemen Korsel, Park banyak dipuji berkat sejumlah prestasi politiknya. Termasuk pembangunan kota Sejong, yang oleh pemerintahan sebelumnya pernah dicoba dibatalkan.

Anggota parlemen yang telah menjabat selama lima periode itu, juga berhasil memimpin partai konservatifnya, Partai Saenuri melewati sejumlah krisis. Namun para pengkritiknya banyak yang mengaitkan Park dengan masa-masa kediktatoran sang ayah.

Namun Park dengan tegas menyatakan, dirinya menghormati ayahnya melebihi semua politikus lainnya, karena sang ayah mencintai negaranya melebihi siapapun dan berpegang pada prinsip-prinsipnya sebagai seorang pemimpin.

Sebagai wanita yang tak pernah menikah, Park telah mengatakan bahwa dirinya menikah dengan negaranya. Presiden terpilih itu pun berjanji hanya akan memikirkan kebahagiaan rakyat Korsel.

detik.com

 

0 komentar:

Posting Komentar